Saturday, January 23, 2010

BAB I PENDAHULUAN

Dalam tubuh manusia ada susunan tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Susunan tulang tersebut dinamakan Tulang Belakang. Tulang belakang terdiri dari susunan 33 ruas tulang yang masing-masing memiliki nama sendiri. Namun ke 33 ruas tulang tersebut dapat dibagi menjadi 5 bagian.Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut.
Kelainan dan gangguan pada tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat terjadi karena:

A. Kekurangan vitamin D
Vitamin D atau kalsiferol adalah vitamin yang diperlukan untuk kalsifikasi (penulangan) pada tulang. Pada mamalia, vitamin D dapat disintesis oleh tubuh dari provitamin D dengan bantuan ultraviolet. Kekurangan vitamin D pada anak-anak dapat menyebabkan rakhitis, biasanya dapat terlihat pada pertumbuhannya yang terganggu dari kaki berbentuk O atau X. sedangkan pada orang dewasa, kekurangan kapur akan menyebabkan penyakit osteomalasia.

B.Penyakit
Penyakit pada tulang manusia sangat beragam salah satu diantaranya adalah:

1. Rheumatik
Rheumatik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan rasa sakit dari alat gerak salah satunya adalah tulang. Dan arthritis merupakan salah satu jenis dari rheumatik yang berkenaan dengan sendi.

2. Osteoporosis
Osteopororsis adalah suatu penyakit dimana terjadi penurunan massa tulang (pengurangan jaringan tulang) terutama terjadi pada tulang spongiosa. Pada penyakit ini proses penghancuran tulang melebihi proses pembentukan tulang. Penyakit ini terjadi terutama pada wanita kulit putih usia lanjut setelah menopause.
Berikut ini adalah gambar struktur tulang yang normal dan yang terkena osteoporosis.

3. Osteomyelitis
Osteomyelitis merupakan penyakit infeksi yang menyerang jaringan tulang (termasuk periosteum, sumsum tulang belakang dan tulang rawan). Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme (terutama Staphylococcus) yang mencapai tulang melalui patah tulang terbuka, melalui darah atau melalui gigi caries ke dalam sinus. Bakteri dan jamur juga sering menimbulkan osteomyelitis. Jadi, jika anda terluka segeralah tutup luka tersebut dengan penutup luka yang steril dan segera obati ke dokter.

C.Kecelakaan
Kecelakaan yang dapat menyebabkan gangguan pada tulang dapat berupa:

1. Memar
Gangguan ini hanya berupa sobeknya selaput sendi (ligamen). Namun bila sobeknya selaput sendi diikuti oleh lepasnya ujung tulang dari sendi disebut dislokasi (lepas sendi).

2. Fraktura
Fraktura atau patah tulang dibedakan menjadi patah tulang tertutup, patah tulang terbuka dan fisura.
a. Patah tulang tertutup, bila tulang yang patah tidak merobek kulit.
b. Patah tulang terbuka, bila tulang yang patah merobek kulit
c. Fisura, bila tulang hanya retak.Salah satu bentuk fraktura pada tulang lengan
d.Kebiasaan sikap tubuh yang salah
Kebiasaan posisi tubuh yang salah yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelainan tulang, yaitu:
1. Lordosis
Kelainan pada tulang leher dan panggul terlalu membengkok ke depan sehingga lengkung lumbar pada tulang belakang (vertebrae) melekuk ke dalam.
2. Kifosis
Kelainan pada tulang punggung yang terlalu membengkok ke dalam. Bisa disebabkan karena proses penuaan, infeksi TBC tulang belakang (vertebrae) ataupun posisi duduk yang salah yang dilakukan selama bertahun-tahun.
3. Skoliosis
Kelainan pada tulang, jika ruas-ruas tulang belakang membengkok kearah samping membentuk huruf S.

BAB II PENYAKIT TULANG AKIBAT INFEKSI

A. Penyakit tulang akibat infeksi

1. Mekanisme Klinis infeksi tulang belakang
Ada banyak kelainan tulang belakang selain Scoliosis, diantaranya dapat berupa infeksi tulang belakang (spondylitis). Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
2. Penyebaran langsung
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
2. Gejala
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. CT scan dan MRI bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi.

Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. Orang dewasa yang mengalami infeksi tulang belakang, biasanya akan mendapatkan antibiotik selama 6-8 minggu, kadang-kadang disertai dengan istirahat total. Mungkin diperlukan pembedahan untuk menstabilkan tulang belakang yang terkena.

3. Penanganan
Jika infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya, pengobatannya lebih kompleks. Biasanya semua jaringan dan tulang yang mati diangkat melalui pembedahan, dan ruang kosong yang ditinggalkannya, diisi dengan tulang, otot atau kulit yang sehat. Selanjutnya infeksi diobati dengan antibiotik. Biasanya, suatu sendi buatan yang terinfeksi diangkat dan diganti. Antibiotik diberikan beberapa minggu sebelum pembedahan, sehingga sendi buatan yang terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi buatan yang baru. Kadang pengobatan bisa gagal dan infeksinya berlanjut, sehingga diperlukan pembedahan untuk menggabungkan sendi atau mengamputasi anggota gerak yang terkena.
B. Pott Disease
1. Definisi
Pott Disease atau Spinal Tuberculosis merupakan Infeksi granulomatosa yang bersifat berkembang pelan (slow-growing) yang muncul dari infeksi vertebra pada tubuh yang menyerbu/menyebar ke ruang epidural. Tempat infeksi yang paling umum adalah di thoracolumbar spine.
2. Mekanisme Klinis
a. Slow-growing granulomatous infection yang muncul dari vertebral body infection (paling sering di thoracolumbar) yang menyerbu/menyebar ke epidural space.
b. Dibedakan dari kanker metastatik vertebra dengan keterlibatan vertebral bodies yang berdekatan dengan collapse (mengempis) dan kyphosis (membungkuk).
a. Terkadang terdapat pengapuran (calcification) paraspinal granulomata.

3. Gejala Pott Disease
a. Nyeri punggung (back pain)
b. Demam
c. Rasa tak enak badan yang umum (generalized malaise) Ketiga item di atas berkembang lebih dari seminggu hingga berbulan-bulan, yang pada akhirnya disertai defisit neurologis.
d. Lesi thoracic menyebabkan paraparesis dengan hiperreflexia di kaki, hilangnya sensoris di bawah lesi, tanda Babinski bilateral, dan simtom urinary.
e. Secara menyeluruh, irreversible paraplegia dengan fungsi tulang belakang posterior yang terpisah (spared posterior column function) dihasilkan dari infark (kematian jaringan/nekrosis) di daerah (territory) arteri spinal anterior.
f. Laboratorium
a. Analisis cerebrospinal fluid (CSF) menunjukkan kadar/konsentrasi protein yang meningkat dan adanya limfosit yang disertai dengan variable degrees of hypoglycorrhachia.b. Biopsy material mengandung debris granulomatosa dan organisme yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen (acid-fast stain).
4. Diagnosis Banding
a. Tumor metastatik
b. Bacterial and parasitic spinal cord infection (infeksi tulang belakang karena bakteri dan parasit)
5. Penatalaksanaan
a. Terapi antitubercular (anti TBC).
b. Kortikosteroid juga bermanfaat.
c. Jika diperlukan stabilisasi, pembedahan dengan installation of Harrington rods atau pedicle screws dapat diupayakan.
d. Debridement terkadang diperlukan, bahkan pada pasien dengan tulang belakang yang stabil (stable spine) sekalipun.



B III PENYAKIT TULANG BELAKANG TRAUMATIK


A. Definisi
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000). Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi ( Sjamsuhidayat, 1997).

B. Etiologi
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggia
3. Kecelakaan sebab olah raga (penunggang kuda, pemain sepak bola, penyelam, dll)
4. Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra
5. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang. (Harsono, 2000).

C. Patofisiologi
Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma (kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, dll) atau penyakit (Transverse Myelitis, Polio, Spina Bifida, Friedreich dari ataxia, dll) dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. Efek trauma yang tidak langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis disebut “whiplash”/trauma indirek. Whiplash adalah gerakan dorsapleksi dan anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak. Trauma whiplash terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun torakalis bawah misal; pada waktu duduk dikendaraan yang sedang berjalan cepat kemudian berhenti secara mendadak, atau pada waktu terjun dari jarak tinggi, menyelam yang dapat mengakibatkan paraplegia. Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical (terutama pada T.12sampai L.2), rotasi.
Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat bersifat sementara atau menetap.akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh kembali dalam beberapa hari.

D. Gejala
Gejala yang ditimbulkan adalah berupa oedema, perdarahan peri vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap, secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusio, laserasio dan pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis. Laserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan /menggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi).lesi transversa medulla spinalis tergantung pada segmen yang terkena (segmen transversa, hemitransversa, kuadran transversa).hematomielia adalah perdarahan dlam medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat disubstansia grisea.trauma ini bersifat “whiplash “ yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio.kompresi medulla spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan kanalis vertebralis.Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis.gejala yang didapat sama dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam kanalis vertebralis.Akibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami jejas/reksis.pada trauma whislap, radiks colmna 5-7 dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersbut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis traumatik yang reversible.jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T.8 atau T.9 yang akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan sindroma sistema aaanastomosis anterial anterior spinal.

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik tergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi.kerusakan meningitis;lintang memberikan gambaran berupa hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan disertai shock spinal.shock spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang yang berasal dari pusat .peristiwa ini umumnya berlangsung selama 1-6 minggu, kadang lebih lama.tandanya adalah kelumpuhan flasid, anastesia, refleksi, hilangnya fersfirasi, gangguan fungsi rectum dan kandung kemih, triafismus, bradikardia dan hipotensi.setelah shock spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi terlihat pula pada tanda gangguan fungsi otonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan defekasi (Price &Wilson (1995). Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu (Price &Wilson (1995). Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan.keadaan ini pada umumnnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehinnga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat.cedera tersebut dapat terjadi pada orang yang memikul barang berat diatas kepala, kemudian terjadi gangguan keseimbangan yang mendadak sehingga beban jatuh dsan tulang belakang sekonyong-konyong dihiper ekstensi.gambaran klinik berupa tetraparese parsial.gangguan pada ekstremitas atas lebih ringan daripada ekstremitas atas sedangkan daerah perianal tidak terganggu (Aston. J.N, 1998). Kerusaka tulang belakang setinggi vertebra lumbal 1&2 mengakibatkan anaestesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokafernosa (Aston. J.N, 1998).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)
2. CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
3. MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
4. Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru
5. AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi(Tucker,Susan Martin . 1998)

G. Penanganan
Perhatian utama pada penderita cedera tulang belakang ditujukan pada usaha mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah atau cedera sekunder. Untuk maksud tersebut dilakukan imobilisasi di tempat kejadian dengan memanfaatkan alas yang keras.Pengangkutan penderita tidak dibenarkan tanpa menggunakan tandu atau srana apapun yang beralas keras. Hal ini dilakukan pada semua penderita yang patut dicurigai berdasarkan jenis kecelakaan, penderita yang merasa nyeri di daerah tulang belakang, lebih-lebih bila terdapat kelemahan pada ekstremitas yang disertai mati rasa. Selalu harus diperhatikan jalan nafas dan sirkulasi.

Bila dicurigai cedera di daerah servikal harus diusahakan agar kepala tidak menunduk dan tetap di tengah dengan menggunakanbantal kecil atau gulungan kain untuk menyangga leher pad saat pengangkutan.Setelah semua langkah tersebut diatas dipenuhi, barulah dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologik yang lebih cermat. Pemeriksaan penunjang seperti radiologik dapat dilakukan.Pada umumnya terjadi paralysis usus selama dua sampai enam hari akibat henmatom retroperitoneal sehingg memerlukan pemasangan pipa lambung.Pemasangan kateter tetap pada fase awal bertujuan mencegah terjadinya pengembangan kandung kemih yang berlebihan, yang lumpuh akibat syok spinal. Pemasanga kateter juga berguna untuk memantau produksi urin, serta mencegah terjadinya dekubitus karena menjamin kulit tetap kering.Perhatian perlu diberikan untuk mencegah terjadinya pneumoni dan memberikan nutrisi yang optimal
X-ray sederhana tulang belakang mungkin tidak cukup untuk mereka yang dicurigai menderita kompresi tulang belakang. X-ray sejenis ini tidak mengindikasikan ketidaknormalan dan pemeriksaan radiology yang lebih lanjut perlu dilakukan, seperti Scan Computerised Tomography (CT Scan), atau Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tujuan dari perawatan adalah hilangnya rasa sakit, perbaikan dari kerusakan saraf, stabilisasi tulang belakang, dan di beberapa kasus, pengendalian tumor. Pilihan perawatan tergantung dari area, kecepatan serangan, tingkat dan beratnya kompresi dan tingkat fungsi pasien sebelum gejala serangan. Penanganan di stadium awal SCC biasanya efektif dan meliputi operasi. Di kasus Pak Ho, operasi di area T8 dan T9 dilakukan pada akhir Desember tahun lalu (2007). Pak Ho dirawat di rumah sakit hampir satu minggu, dan dapat bangun dan berjalan dua hari setelah operasi.

BAB IV PENYAKIT TULANG BELAKANG BAWAAN

A. Scoliosis
1. Definisi
Skoliosis merupakan kurva abnormal dari tulang belakang. Normalnya, bila dilihat dari bidang tampak depan/koronal, kurva tulang belakang lurus satu garis dari leher sampai sacrococcygeus (tulang ekor). Bila dilihat dari sisi samping/lateral view terdapat kurva ke depan terus ke belakang. "Gunanya menjaga supaya tulang belakangnya stabil. Tulang leher melengkung ke depan (lordosis), tulang punggung melengkung ke belakang (kifosis), tulang lumbal (pinggang) akan ke depan lagi, kemudian pada tulang sakrum (tulang duduk) akan ke belakang atau kifosis, sampai ke tulang ekor. Skoliosis terjadi bila ada suatu penyimpangan atau deviasi ke arah lateral (kiri atau kanan) sehingga bengkok dan tak lurus. Berat ringannya skoliosis tergantung dari besar kecil derajat lengkungnya. Disebut ringan bila derajatnya di bawah 20 derajat. Disebut sedang, bila lengkungnya antara 20-40 derajat. Kondisi berat terjadi bila lengkungnya di atas 40 derajat dan sangat berat sekitar ratusan derajat. Penyebab skoliosis bermacam-macam. Bila derajat lengkungnya melebihi 40 derajat, maka penderita skoliosis dianjurkan operasi.
2. Penyebab
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis: Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:
a. Cerebral palsy
b. Distrofi otot
c. Polio
d. Osteoporosis juvenil.

3. Gejala
Gejalanya berupa:
a. tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. nyeri punggung
d. kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
f. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.

4. Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: Rontgen tulang belakang Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)
MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
5. Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20?, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30?, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika kelengkungan mencapai 40? atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.

Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.
6. Prognosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang bik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.

B. SPINA BIFIDA
1. Definisi
Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
2. Penyebab
Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida:
1. Hidrosefalus
2. Siringomielia
3. Dislokasi pinggul.

3. Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena. Terdapat beberapa jenis spina bifida:
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar dan merah.
Gejalanya berupa:
a. penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
b. jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. penurunan sensasi
e. inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Gejala pada spina bifida okulta:
a. seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. lekukan pada daerah sakrum.

4. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
5. Pengobatan
Tujuan dari pengobatan awal adalah:
a. mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
b. meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
c. membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.Kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya mielomeningokel secara spontan
6. Pencegahan
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
C. SPRENGEL DEFORMITY
Sprengel Deformity adalah kelainan bawaan yang terjadi pada tulang punggung atau tulang belikat(Scapula). Tulang belikat letaknya lebih tinggi dibandingkan tulang lain di sekitarnya. Punggung yang letaknya meninggi ini menyebabkan tulang belakang dan leher merapat, sehingga mempengaruhi gerakan lengan tangan pada bagian yang mengalami kelainan tersebut. Hingga saat ini, penyebab kelainan ini masih belum diketahui.
D. TORTICOLLIS
Kelainan ini terjadi akibat adanya tarikan otot pada tulang tengkuk, sehingga menyebabkan adanya distorsi pada leher. Kondisi ini menyebabkan leher akan tertarik pada satu sisi dimana tarikan otot terjadi. Ini membuat wajah terlihat miring ke satu sisi. Penyebabnya bisa karena bawaan, keadaan histeris atau adanya tekanan pada susunan syaraf tertentu. Torticollis juga dikenal dengan nama Wryneck.

BAB V TREMOR

A. Definisi
Tremor adalah suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang. Tremor merupakan kontraksi otot yang tidak terkontrol atau tidak disengaja, yang diwujudkan dalam bentuk gerakan bolak-balik berulang-ulang. Apakah itu terjadi pada kepala, lengan, pinggang, bagian wajah, pita suara, atau bagian tubuh lain. Tapi paling sering tremor terjadi pada tangan.
B. Mekanisme Klinis
Setiap orang mengalami tremor pada tingkatan tertentu, yang disebut tremor fisiologis, meskipun kadang sangat ringan sehingga tidak dihiraukan. Tremor terjadi akibat adanya gangguan pada saraf pusat di bagian tepi. Jadi bukan karena adanya kelainan pada fungsi otak, melainkan gangguan pada proses transfer saraf dari tulang belakang yang berurusan dengan organ tubuh yang mengalami tremor. Pada orang yang normal, tutur Racmhat, pesan sensoris dari organ tubuh tertentu disampaikan dulu ke saraf pusat. Setelah diolah, baru kemudian pesan itu disampaikan kembali ke organ tersebut dalam bentuk aktivitas motoris (gerakan). “Tapi pada orang yang mengalami tremor, sebelum sampai ke saraf pusat, pesan sensoris itu di-by pass oleh radiks, dan langsung diwujudkan dalam bentuk gerakan.”
C. Penyebab
Setiap orang mengalami tremor pada tingkatan tertentu, yang disebut tremor fisiologis, meskipun kadang sangat ringan sehingga tidak dihiraukan. Tremor terjadi karena adanya gangguan pada persarafan yang menuju ke otot yang terkena. Menurut Rachmat, selain karena keturunan, ada hal-hal lain yang bisa menyebabkan tremor. Pertama, karena refleks, Ini bisa terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Kedua tremor yang disebut picks, yang terjadi karena kebiasaan. Ini ditunjukkan oleh anak atau orang dewasa sebagai reaksi atas keadaan emosional yang ia alami. Tremor ini bisa terjadi di bagian tertentu wajah, seperti alis, hidung, sudut mata, dsb. Karena tremor ini timbul akibat kebiasaan si penderita, tremor ini sulit sekali dihilangkan. Ketiga tremor akibat suatu penyakit. Orang yang mengalami gangguan kelenjar tiroid, misalnya hipertirodisme, akan sering mengalami tremor. “Tremor ini bisa hilang jika penyakit yang menjadi penyebabnya ditangani lebih dulu,” papar dokter yang juga berpraktek di RS Internasional Bintaro ini. Untungnya, jarang sekali anak yang terkena, karena gangguan tiroid ini biasanya baru muncul pada orang dewasa.
D. Macam-macam Tremor
Tremor dikelompokkan berdasarkan kecepatan dan irama gerakannya, dimana dan seberapa sering terjadi serta beratnya:
1. Tremor aksi, terjadi ketika otot dalam keadaan aktif.
2. Tremor istirahat, terjadi ketika otot sedang beristirahat. Meskipun penderita sedang beristirahat total, lengan atau tungkainya bisa terus gemetaran. Tremor ini bisa merupakan pertanda dari penyakit Parkinson.
3. Tremor yang disengaja, terjadi jika seseorang membuat gerakan yang disengaja.
Tremor ini bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kelainan pada serebelum (otak kecil) atau penghubungnya. Yang sering menyebabkan terjadinya tremor ini adalah sklerosis multipel. Tremor yang disengaja juga bisa terjadi pada penyakit neurologis lainnya, stroke atau alkoholik menahun. Tremor yang disengaja lebih lambat daripada tremor esensial serta menyebabkan gerakan yang lebih luas dan serabutan.
4. Tremor esensial merupakan tremor yang biasanya mulai timbul pada masa dewasa, yang secara perlahan menjadi semakin nyata dan tidak memiliki penyebab yang pasti.
Tremor esensial biasanya bersifat ringan dan tidak menunjukkan adanya penyakit yang serius, tetapi bisa mengganggu, yaitu mempengaruhi tulisan tangan, menyebabkan kesulitan dalam menggunakan perkakas dan mempermalukan penderitanya. Keadaan ini bisa diperberat oleh stres emosional, kecemasan, kelelahan, kafein atau obat perangsang yang diresepkan oleh dokter. Obat-obatan (terutama untuk asma dan emfisema) juga bisa memperburuk tremor esensial.
5. Tremor senilis adalah tremor esensial yang timbul pada usia lanjut.
6. Tremor familial merupakan tremor esensial yang terjadi di dalam satu keluarga.
E. Gejala
1. Tremor bisa timbul sekali-sekali, untuk sementara waktu atau hilang timbul; dengan kecepatan sekitar 6-10 tremor/detik.
2. Tremor bisa terjadi pada otot kepala, tangan, lengan, kelopak mata dan otot lainnya; tetapi jarang mengenai bagian bawah tubuh.
3. Tremor bisa terjadi pada salah satu maupun kedua sisi tubuh.
4. Suara bisa terdengar bergetar; kepala mengangguk-angguk.
5. Tremor menghilang jika penderita tidur.

F. Diagnosa
Pemeriksaan yang dilakukan tergantung kepada penyebab yang dicurigai.
G. Penanganan
Jika sifatnya ringan dan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, biasanya tidak diperlukan pengobatan. Obat-obat yang bisa mengurangi tremor adalah propanolol, misolin dan anti kejang lainnya, serta obat penenang yang ringan. Kafein (di dalam kopi dan soda) dan perangsang lainnya harus dihindari, karena bisa memperburuk keadaan ini.

BAB VI STRUKTUR TULANG BELAKANG


A. Definisi tulang belakang
Tulang punggung

Pembagian tulang punggung manusia

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang dapat saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
B. Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta
didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
Setiap ruas tulang belakang terdirir dari :
Badan Ruas : merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak di sebelah depan,
Lengkung Ruas : bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak di sebelah belakang dan terdapat beberpa tonjolan yaitu taju duri terdapat di tengah – tengah lengkung ruas menonjol kebelakang, taju sayap terdapat di samping kiri kanan lengkung ruas & taju penyendi membentuk persendin dengan ruas tulang belakang, tonjolan tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale., masing- masing ruas di hubungkan oleh discus intervertebrale ,
Satu tulang vertebrata terdiri dari :
o Badan tulang / sentrum.
o Lengkung saraf.
o Prosesus spinosus.
o Prosesus transversa.
o Prosesus artikuler.

Tulang punggung cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
Tulang punggung thorax

Diagram tulang punggung thorax.
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.
 
Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Struktur-struktur penting dari pinggang yang dapat dihubungkan dengan gejala-gejala disana termasuk tulang belakang lumbar (vertebrae), cakram-cakram (discs) diantara vertebrae, ikatan sendi (ligaments) disekitar tulang belakang (spine) dan cakram-cakram (disc), sumsum tulang belakang (spinal cord) dan syaraf-syaraf, otot-otot (muscles) dari pinggang (low back), organ-organ dalam dari pelvis dan perut (abdomen), dan kulit yang menutupi area lumbar.
Tulang belakang lumbar dirancang sedemikian sehingga vertebrae yang disusun (ditumpuk) bersama dapat menyediakan suatu struktur penunjang yang dapat digerakkan dan juga bersamaan dengan itu melindungi sumsum tulang belakang (spinal cord = jaringan syaraf yang meluas kebawah sepanjang kolom tulang belakang dari otak) dari luka. Setiap vertebrae mempunyai sebuah spinous process, suatu tulang yang menonjol dibelakang sumsum tulang belakang (spinal cord), yang melindungi jaringan syaraf sumsum. Mereka juga mempunyai badan yang bertulang kuat didepan spinal cord menyediakan suatu platform yang cocok untuk menunjang berat dari semua jaringan-jaringan diatas bokong. Lumbar vertebrae disusun diatas tulang sacrum diantara bokong (pantat). Pada setiap sisi, sacrum bertemu dengan tulang iliac (iliac bone) dari pelvis membentuk sendi sacroiliac (sacroiliac joint) dari bokong (pantat).
Cakram-cakram adalah bantalan yang bekerja sebagai "bantal" antara setiap vertebrae. Mereka membantu meminimalkan tubrukan dari kekuatan-kekuatan penekan (stres) pada kolom tulang belakang. Setiap cakram dirancang sepeti suatu jelly donut dengan suatu komponen yang lunak ditengah (nucleus pulposus) dan suatu lingkaran luar yang mengelilinginya (annulus fibrosus). Porsi tengah dari cakram dapat robek (herniating) melewati lingkaran luar menyebabkan iritasi jaringan-jaringan syaraf yang berdekatan dan sciatica, yang dijelaskan dibawah.
Ligamen-ligamen adalah jaringan-jaringan lunak yang berserabut yang melekatkan tulang-tulang dengan kuat pada tulang-tulang. Ligamen-ligamen melekat setiap vertebrae dan mengelilingi setiap cakram.
Syaraf-syaraf yang menyediakan sensasi dan menstimulasi otot-otot tulang belakang bawah (low back) begitu juga kaki-kaki (paha-paha, kaki-kaki, dan jari-jari kaki), keluar dari kolom tulang belakang melalui portal-portal yang bertulang yang disebut "foramen".
Banyak kelompok-kelompok otot yang bertanggung jawab pada pelenturan, peregangan, dan pemutaran pinggang, begitu juga menggerakkan kaki-kaki, melekat pada tulang belakang lumbar melalui sisipan-sisipan urat daging (tendon insertions).
Aorta dan pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah dari dan ke kaki-kaki melewat didepan tulang belakang lumbar (lumbar spine) didalam perut dan pelvis. Mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ini adalah kelenjar-kelenjar limpa (lymph glands) dan jaringan-jaringan sistim syaraf diluar kemauan (involuntary nervous system tissues), yang adalah penting dalam mempertahankan kontrol kandung kemih dan usus besar.
Uterus dan ovari adalah struktur pelvis yang penting didepan dari area pelvis wanita. Kelenjar prostat adalah suatu struktur pelvis yang signifikan pada pria. Ginjal-ginjal berada pada tiap sisi dibelakang perut bagian bawah, didepan tulang belakang lumbar.
Kulit diatas area lumbar disuplai oleh syaraf-syaraf yang datang dari akar-akar syaraf (nerve roots) yang keluar dari tulang belakang lumbar (lumbar spine).
Fungsi Tulang Belakang Bawah
Tulang belakang bawah atau area lumbar melayani sejumlah fungsi-fungsi yang penting untuk tubuh manusia. Fungsi-fungsi ini termasuk penunjang struktural, pergerakan, dan proteksi jaringan-jaringan tubuh tertentu.
Ketika kita berdiri, tulang belakang bawah berfungsi menahan sebagian terbesar dari berat badan. Ketika kita menekuk, meregang atau memutar pada pinggang, tulang belakang bawah terlibat dalam gerakan ini. Oleh karenanya, luka-luka pada struktur-struktur yang penting untuk menopang berat, seperti tulang belakang, otot-otot, tendon-tendon, dan ligamen-ligamen, seringkali dapat dideteksi ketika tubuh berdiri tegak atau digunakan dalam berbagai gerakan-gerakan.
Melindungi jaringan-jaringan lunak dari sistim syaraf dan spinal cord begitu juga dengan organ-organ yang berdekatan dari pelvis dan perut adalah suatu fungsi yang kritis dari tulang belakang lumbar dan otot-otot yang berdekatannya.
Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).
Sebuah unit tulang belakang terdiri dari badan tulang belakang (corpus vertebral), bantalan tulang belakang (discus intervertebral), saluran saraf tulang belakang (canalis medulla spinalis), saluran akar saraf tulang belakang (neural foramina/canalis radicularis), jaringan pengikat dan otot serta pembuluh darah.Dari bagian-bagian tersebut, discus invertebral atau bantalan tulang belakang memiliki peran penting, karena berfungsi sebagai “peredam kejut” (shock absorber). Hal ini dimungkinkan oleh bentuknya yang sangat dinamis, elastis dan terdiri dari bagian yang banyak mengandung air, sehingga bantalan ini bisa mengalami tekanan dari segala arah. Seiring dengan bertambahnya usia, bantalan tulang belakang ini semakin berkurang fungsinya.
Gangguan tulang belakang terjadi antara lain karena bantalan tulang belakang tidak berfungsi dg baik. Maka diusahakan agar pada saat tidur, tekanan pada bantalan tulang belakang berkurang, sehingga memungkinkan tulang belakang melakukan rehidrasi. Hal tersebut akan membuat elastisitas discus invertebral tetap terpelihara.
BAB VII PENUTUP

A. Simpulan
Dalam tubuh manusia ada susunan tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Susunan tulang tersebut dinamakan Tulang Belakang. Tulang belakang terdiri dari susunan 33 ruas tulang yang masing-masing memiliki nama sendiri. Namun ke 33 ruas tulang tersebut dapat dibagi menjadi 5 bagian.Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat terjadi karena: kurang gizi atau vitamin, karena suatu penyakit, trauma maupun karena suatu kelainan bawaan

B. Saran
Sangat di perlukan untuk mengetahui jenis-jensi penyakit pada tulang punggung manusia. Karena penyakit yang terjadi pada tulang punggung manusia juga berpengaruh pada system tubuh manusia.

0 komentar:

Categories

Unordered List

Sample Text

Followers

PROFIL

My photo
surakarta, jawa tengah, Indonesia
Just share ya

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget