Tuesday, December 8, 2009

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
A. Anak AUTIS
1. Pengertian anak Autis
2. Karakter anak Autis
3. Jenis anak Autis
B. Penjaskes Adaptif
1. Pengertian Penjaskes Adaptif
2. Manfaat Penjaskes Adaptif untuk ABK

BAB III PEMBAHASAN
A. Anak Autis
B. Terapi Autis melalui Penjaskes Adaptif
1. Langkah-langkah pemberian layanan
2. Jenis penjaskes adaptif untuk anak Autis

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).
Anak Autis sebenarnya memiliki semua potensi yang sama seperti anak normal. IQ anak Autis umumnya normal, namun ada beberapa yang mengalami retardasi mental bahkan ada beberapa Autis yang memiliki IQ di atas rata-rata. Autisme adalah kelainan perkembangan pervasif. Artinya sebagian besar orang yang berada dalam spektrum autisme mengalami kelambatan, perbedaan atau kelainan di banyak area termasuk kemampuan motorik dasar. Artinya disini, bahwa anak Autis punya potensi dalam semua aspek hanya saja perkembangannya saja yang terhambat.

Banyak sekali treatment yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatakan potensi yang ada pada anak Autis. Salah satunya adalah melalui penjaskes Adaptif, yaitu melalui kegiatan olahraga maupun permainan. Anak Autis yang pada umumnya memiliki masalah dalam hal motorik dapat dilatih dengan penjaskes adaptif. Demikian halnya permasalahan-permasalahan lain, dimana sebenarnya masalah tersebut dapat diatasi asalkan ada penanganan khusus. Karena anak Autis bukannya tidak bisa melakukan suatu hal ( tidak dapat berkembang) hanya saja mereka terhambat dalam perkembangannya. Semua cabang olahraga maupun permainan sebenarnya dapat diterapkan pada anak Autis. Karena pada umumnya mereka tidak terganggu dalam aspek fisik. Hanya mungkin perlu perhatian ekstra dan beberapa modifikasi, karena pada umumnya mereka memiliki masalah dalam hal interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik, perkembangan terlambat atau tidak normal.


BAB II LANDASAN TEORI


A.Anak AUTIS
1. Pengertian anak Autis
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri "Isme"
yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri. Autisme juga suatu keadaan di¬mana seseorang anak berbuat semau¬nya sen¬diri baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun.
Autisme bisa mengenai siapa saja, baik sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak-anak ataupun dewasa dan semua etnis .

Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Istilah autisme baru diper¬kenalkan sejak tahun 1913 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Au¬tisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) di¬mana terjadi penyimpangan per¬kem¬bangan sosial, kemam¬puan berbahasa, dan kepedulian terhadap se¬kitar sehingga a¬nak autisme seperti hidup da¬lam dunia¬nya sen¬diri (Handojo, 2003).

Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental,
sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi
untuk bidang-bidang tertentu ( savant).

2. Karakter anak Autis
Karakteristik Penderita Autisme

a. Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
Komunikasi:
1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain.
2) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3) Senang meniru atau membeo (echolalia)
4) Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
5) Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
6) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
b. Interaksi sosial:
1) Penyandang autistik lebih suka menyendiri
2) Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
3) tidak tertarik untuk bermain bersama teman
4) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
c. Gangguan sensoris:
1) sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
2) bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
3) senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
4) tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
d. Pola bermain:
1) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
3) tidak kreatif, tidak imajinatif
4) tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda
5) dibalik lalu rodanya di putar-putar
6) senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana

e. Perilaku:
1) dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
2) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
3) tidak suka pada perubahan
4) dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
f. Emosi:
1) sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
2) temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
3) kadang suka menyerang dan merusak
4) Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
5) tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
3. Jenis anak Autis
Secara medis ada beberapa jenis Autisme yang dapat dikenali dari ciri-cirinya. Dan secara umum jenis-jenisnya tersebut adalah sebagai berikut;

a. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
1) Komunikasi ; kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini
a) Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
b) Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
c) Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
d) Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
e) Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

2) Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi sosial :
a) Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
b) Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
c) Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
d) Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
3) Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
a) Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
b) Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
c) Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
d) Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu. Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1

b. Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD-NOS)
PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

c. Sindroma Rett
Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir. Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan kemulut, menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.
Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat.

Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur.

Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.

4). Disintegrasi Masa Kanak
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik. Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan autisme.

5). Sindrom Asperger
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita. Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.
Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah. Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan. Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain. Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan benar Bu.” Anak SA jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau stimulasi diri.

B. Penjaskes Adaptif

a.Pengertian Penjaskes Adaptif
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan pendidikan jasmani adaptif adalah suatu pendidikan jasmani yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak dalam aspek fisik, sosial, psikologis, dan mental. Hal yang dimodifikasi berkaitan dengan kurikulumnya apakah itu dirubah sebagian atau total, strategi pengajarannya, materi/ alat/ media yang digunakan, tehnik pembelajaran, serta setting.

b.Manfaat Penjaskes Adaptif untuk ABK
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri. Adapun materi dalam penjaskes Adaptif meliputi; materi aquatik, aktivitas ritmik, uji diri, permainan, outdor education.
2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.
3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4. Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5. . Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
6. meningkatkan rasa percaya diri
pada anak-anak yang mengalami kelainan, mungkin akan merasa tidak percaya diri. Melalui kegiatan penjaskes adaptif ini, diharapkan anak akan lebih termotivasi jika mereka ternyata dapat melakukan suatu hal yang selama ini tidak bisa mereka lakuakan.
7. Menangani masalah sosial anak
Dalam penjaskes adaptif juga ada aspek kerjasama sehingga dapat mendorong anak untuk berinteraksi melakukan sosialisasi dengan anak lain.
8. Mengembangkan bahasa verbal
Ada beberapa anak yang mungkin mengalami permasalahan bahasa. Dalam permainan tim penjaskes adaptif anak dituntut untuk saling berinteraksi dengan teman lain, pengkomunikasian strategi permainan juga akan mendorong pengembangan bahasa anak.
9. Menumbuhkan sikap saling menghargai
Mungkin anak memang memiliki satu jenis kelainan yang sama, namun bukan berarti semua kelianan yang dimiki mutlak sama. Misalnya pada anak tunadaksa. Ada anak yang hanya tidak memiliki jari-jari tang, ada yang tidak memiliki kaki dan sebagainya. Sehingga ada rasa saling menghargai atas perbedaan yang dimiliki ketika mereka bermain bersama. Bisa juga ketika pelaksanaan penjaskes adaptif antara ABK dan anak normal dibersamakan.








BAB III PEMBAHASAN

A. Potensi anak Autis
Anak Autis sebenarnya memiliki semua potensi yang sama seperti anak normal. IQ anak Autis umumnya normal, namun ada beberapa yang mengalami retardasi mental bahkan ada beberapa Autis yang memiliki IQ di atas rata-rata. Autisme adalah kelainan perkembangan pervasif. Artinya sebagian besar orang yang berada dalam spektrum autisme mengalami kelambatan, perbedaan atau kelainan di banyak area termasuk kemampuan motorik dasar. Artinya disini, bahwa anak Autis mempunyai potensi dalam semua aspek seperti anak normal pada umunya, hanya saja perkembangannya saja yang terhambat. Sehingga dengan suatu penanganan yang serrius secara kontinyu dan terpogram, maka tidak mustahil anak Autis bisa sembuh seperti anak ‘normal’ lainnya.

B. Terapi Autis melalui Penjaskes Adaptif
1. Langkah-langkah pemberian layanan
a. Identifikasi
Identifikasi merupakan langkah awal untuk menemukan suatu prognosa/ dugaan adanya spectrum Autisma pada diri anak. Langkah ini dapat diperoleh dengan wawancara pada orang tua tentang sikap anak dirumah.
b. Assesmen
Jika terdapat dugaan bahwa anak mengidap Autis, langkah selanjutnay adalah mengadakan assesmen. Asesmen itu bertujuan untuk mengetahui derajat keparahan, tingkat kemampuan yang dimilikinya saat itu, dan mencari tahu apakah terdapat hambatan atau gangguan lain yang menyertai. Agar dengan ini dapat diketahui jenis penjaskes adaptif apa yang cocok untuk anak agar semua kegiatannya dapt berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu informasi hasil assesmen ini juga bermanfaat bagi pembimbing khusus sebagai pedoman dalam mengarahkan anak ketika pembelajaran penjaskes adaptif berlangsung.
c. Penyusunan program pelayanan
Setelah hasil assesmen didapat, langkah selanjutnya adalah menyusun program layanan yang akan diberikan untuk anak. Penyusunan program layanan ini mencakup; tujuan jangka panjang dan jangka pendek, Jenis penjaskes adaptif yang akan digunakan dan berbagai aspek modifikasinya.
d. Evaluasi
Setelah program layanan selesei maka diadakan penilaian dan evaluasi. Apakah ada perkembangan dari sikap anak atau tidak.

2. Jenis penjaskes adaptif untuk Autis
Permasalahan dari setiap individu Autis berbeda satu sama lain. Menurut American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000). Atas terjadinya gangguan perkembngan tersebut dapat menghambat nak Autis untuk mengembangkan potensi yang sebenarnya dapat dikembangkan. Di sini dilihat bahwa anak Autis sebenarnya hanya mengalami suatu gangguan dalam perkembangannya, yang tentu saja tidak mustahil jika gangguan perkembangan tersebut akhirnya dapat disembuhkan dan akhirnya dapat mengembangkan potensi yang ada pada Autis.
Adapaun jenis penjaskes adaptif yang dapat diterapkan pada anak Autis sangat beragam, tinggal bagaiamana modifikasinya yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak.
1. Materi Aquatik; kegiatan ini berkaitan dengan air. Bagi anak Autis yang menyukai kegiatan air mungkin dapat dilakukan penjaskes adaptif dalam air. Misalkan berenang, atau senam di kolam air dangkal. Selain untuk mengembangkan motorik, juga dapat sebagai sarana terapi, misalnya berenang dengan lumba-lumba. Dimana terapi lumba-lumba ini sudah begitu banyak diterapkan di Indonesia. Kegiatan air ini tentu dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
2. aktifitas ritmik
Penjaskes adaptif untuk anak Autis dapat berupa suatu kegiatan yang menyenangkan. Arahkan mereka untuk bergerak berirama, di sini dapat dilatih pengembangan konsentrasi anak dalam bergerak berirama, pengembangan motorik, interaksi dengan orang lain( karena lebih bagus jika kegiatan ini dibersamakan dengan anak-nak lain).
3. permainan
Belajar sambil bermain. Begitu banyak model permainan yang dapat diadaptasikan untuk anak Autis yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan mereka. Dengan catatan tetap ada guru pembimbing khsus yang mengarahkannya. Misalkan permainan bola basket, permainan kasti, betengan dsb.
4. outdor education
Outdor education merupakan kegitan pendidikan bagi anak Autis di lingkungan luar. Disini dapat dilatih pengembangan interaksi anak dengan orang lain, sehingga anak yang mungkin mengalami masalah komunikasi maupun interaksi dapat dilatih pengembannya. Namun tidak hnay itu saja mungkin anak dapat dilatih dalam aspek pendidikan dasarnya melalui kegiatan ini, dll.







BAB IV PENUTUP

A. Simpulan
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Oleh karena mereka membutuhkan suatu treatment untuk mengatasi permasalahannya dan pada akhirnya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya salah satu treatment yang dilakuakn adalah melalui kegiatan penjaskes adaptif.

B. Saran
Autis perlu dukungan dari semua pihak terutama masayarakat. Jangan anggap mereka anak cacat, karena mereka sebenarnya sama dengan anak normal lainnya, yang memerlukan perhatian sehingga mereka dapat sembuh dan dapat mengembangkan potensi dalam dirinya.













Daftar Pustaka

http://www.ditplb.or.id
http://arcivmetri.wordpress.com/2008/08/15/desain-ruang-terapi-bagi-anak-autis/
http://puterakembara.org/index.shtml
http://rizkyp13.multiply.com/journal/item/14/INFORMASI_MENGENAI_AUTISME


0 komentar:

Categories

Unordered List

Sample Text

Followers

PROFIL

My photo
surakarta, jawa tengah, Indonesia
Just share ya

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget